Oleh: R. Andhika Putra Dwijayanto, S.T.
Waktu
awal-awal saya masuk ke prodi Teknik Nuklir, stereotip macam ini paling sering
terdengar. Sampai-sampai muncul isu agar mahasiswa Teknik Nuklir segera menikah
saja di semester 5. Lucu, memang, tapi di sisi lain agak miris juga
mendengarnya. Padahal, sih, dosen-dosen di Teknik Nuklir yang sudah menikah itu
punya anak semua, lebih dari satu pula.
Oke,
sebenarnya kekhawatiran ini tidak sepenuhnya salah. Tapi stereotip yang diterima publik juga tidak benar-benar
akurat. Seolah-olah
terkena radiasi sedikit saja kemudian orang bisa tiba-tiba mandul. Padahal tiap
hari manusia dibombardir radiasi secara konstan dari bumi, luar angkasa bahkan
dalam tubuh.
Ada beberapa sumber radiasi di laboraturium di prodi
Teknik Nuklir untuk praktikum, diantaranya kobalt-60, cesium-137 dan
stronsium-90. Saya bisa mengantongi seluruh sumber itu dalam kantong celana
selama setahun penuh dan baik-baik saja, tidak jadi mandul.
Apa
pasal? Radioaktivitasnya kecil, hanya sekian puluh kBq. Radioaktivitas yang punya potensi bahaya itu tidak kurang
dari 37 GBq. Jutaan kali lebih tinggi dari yang ada di Lab. Sudah begitu, usia
sumbernya sudah lumayan, lebih dari 20 tahun, sehingga radioaktivitasnya makin
turun lagi. Kobalt-60 memiliki waktu paruh 5 tahun. Maka, 20 tahun kemudian,
radioaktivitasnya tinggal 1/16 radioaktivitas awal. Cesium-137 waktu paruhnya
30 tahun, jadi belum turun sampai setengahnya. Walau begitu, tentu aktivitasnya
sudah berkurang dari aslinya.
Efek dari aktivitas kecil itu, dosis radiasi yang saya
terima selama setahun penuh dengan mengantongi sumber radiasi itu tidak cukup signifikan
untuk menyebabkan kemandulan.
Poin pentingnya: apakah seseorang akan menjadi mandul
atau tidak karena radiasi, itu tergantung dosis radiasi yang diterima tubuh,
khususnya pada organ reproduksi. Dosis tinggi meningkatkan peluang kemandulan,
kira-kira 250-350 miliSievert. Itu juga cuma kemandulan sementara, tidak
permanen. Dosis radiasi 2000 miliSievert baru bisa mengakibatkan mandul
permanen.
Bagaimana di perempuan? Dosis radiasi 3000 miliSievert
bisa mengakibatkan fertilitas di sekitar 30% perempuan usia muda, tapi bisa
100% di usia lebih dari 40 tahun. Efek radiasi memang tergantung usia,
mengingat kondisi organ berubah seiring bertambah tuanya seseorang.
Jadi, secara teoretis, radiasi nuklir bisa membuat
seseorang mandul.
Masalahnya, kemandulan itu terjadi jika dan hanya jika seseorang terpapar radiasi
dengan dosis sangat tinggi
dibandingkan kondisi normal, kira-kira ribuan kali lebih tinggi dari dosis
radiasi latar tahunan yang kita terima (sekitar 2,4 miliSievert) dan radiasinya
terkonsentrasi pada organ reproduksi.
Kalau cuma mengantongi sumber radiasi yang memancarkan dosis 0,01 miliSievert per tahun, sih, sampai mati 60 tahun
kemudian pun oke-oke saja.
Begitu pula, tinggal di dekat PLTN sama sekali tidak bisa
membuat seseorag mandul. Secara saintifik, radiasi yang dilepaskan PLTN ke
lingkungan hanya 0,01 miliSievert per tahun. Kurang dari seperseribu dosis yang
dibutuhkan agar orang bisa mandul. Secara faktual, nyatanya orang yang bekerja
di PLTN tidak ada yang pernah mandul karena efek radiasinya. Kalau yang bekerja
di dalam saja aman dari kemandulan, apalagi yang di luar?
Intinya, butuh dosis radiasi tinggi agar seseorang bisa
mandul karenanya.
Bagaimana peluangnya orang-orang bisa terkena radiasi
setinggi itu? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, terkena radiasi dosis tinggi
dari ledakan bom nuklir. Tapi ada peluang kalau orang yang kena radiasi itu
sudah mati duluan, saking tingginya radiasi itu. Kedua, terkena radiasi dosis
tinggi dari kecelakaan PLTN selevel Chernobyl. Hanya saja, kemungkinannya lebih
besar terkena kanker tiroid daripada kemandulan, dan terbatas pada orang-orang
yang tinggalnya dekat sekali dengan lokasi kecelakaan. Kalau kecelakaan
PLTN-nya di Jepara dan orangnya tinggal di Bantul, mau jadi mandul bagaimana?
Ketiga, kalau sedang radioterapi, karena menderita kanker
prostat, misalnya. Organ reproduksi pasti terpapar radiasi dosis tinggi, dan
bisa jadi terkena kemandulan sementara. Beberapa waktu berselang, kemandulan
itu akan hilang dan organ reproduksi berfungsi normal lagi. Kecuali kalau
misalnya dikasih dosis terlalu tinggi, maka bisa jadi mandulnya permanen. Keempat,
kalau bermain-main dengan perangkat radioterapi/MRI/sinar-X/CT-scan yang
kemudian memapari diri sendiri dengan radiasi yang levelnya tidak terkontrol.
Kemungkinan bukan cuma kemandulan, tapi komplikasi masalah di organ-organ lain
hingga, mungkin saja, mati.
Jadi, tidak. Kuliah di Teknik Nuklir dan melakukan
percobaan dengan sumber radiasi di laboraturiumnya tidak akan mengakibatkan
kemandulan. Dosis radiasinya terlalu kecil untuk perlu dipedulikan. Mesti
hati-hati itu kalau sumber radiasinya punya aktivitas sangat tinggi, yang
notabene sulit sekali diakses publik. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan.
Sementara, karena bom nuklir tidak pernah diledakkan ke
manusia setelah 1945 dan kecelakaan selevel Chernobyl tidak mungkin bisa
terulang lagi, dua kemungkinan ini abaikan saja.
Referensi
Amanda L.
Ogilvy-Stuart, Stephen M. Shalet. 1993. Effect
of Radiation on the Human Reproductive System. Environmental Health
Perspectives Supplements 101 (Suppl. 2): 109-116.
Badan Tenaga Nuklir Nasional. Dosis Tinggi – Risiko Tinggi. Diakses
dari http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/artikelnuklir/128-dosis-tinggi-risiko-tinggi/
Mondjo. 2013. Proteksi Radiasi. Yogyakarta: Program
Studi Teknik Nuklir, Universitas Gadjah Mada.
Robert Hargraves. 2012. Thorium Energy Cheaper Than Coal. Hanover:
CreateSpace Independent Publishing Platform.
0 comments:
Post a Comment