Monday 7 January 2019

Q&A: Bagaimana Keadaan Bumi Jika Perang Nuklir Benar-Benar Terjadi?


Pertanyaan:
Bagaimana keadaan bumi jika perang nuklir benar-benar terjadi?

Jawaban:
Selain kekacauan politik? Mungkin tidak terlalu besar.
Skenario perang nuklir itu hanya ada di film-film dan novel fiksi ilmiah, tapi tidak cocok ketika diterapkan ke dunia nyata. Kenapa? Karena informasi yang disampaikan melalui film-film dan novel itu salah.
Benar bahwa senjata nuklir punya daya ledak yang mengerikan. Tapi coba bandingkan dengan luas permukaan bumi. Apa cukup untuk, katakanlah, membuat sejenis nuclear winter yang kemudian menyelimuti bumi dengan debu radioaktif?
Yang benar saja.
Senjata nuklir di dunia ini umumnya merupakan senjata termonuklir. Artinya, menggunakan gabungan reaksi fisi dan fusi nuklir. Berbeda dengan senjata nuklir era PDII yang hanya memanfaatkan reaksi fisi semata. Senjata termonuklir mengalami ledakan di stage fisi terlebih dahulu, barulah panas yang dihasilkan memicu ledakan di stage fusi. Yang patut dicatat, daya ledak dari fusi nuklir jauh lebih dahsyat daripada fisi nuklir. Karena adanya stage fusi inilah, senjata termonuklir mampu mencapai daya ledak puluhan hingga ratusan kali lebih tinggi daripada senjata nuklir biasa.
Tsar Bomba, senjata nuklir terbesar yang pernah diujiledak, merupakan tipe termonuklir. Sebagian besar ledakannya dihasilkan dari reaksi fusi, bukan fisi. Kalau tidak salah ingat, Tsar Bomba menggunakan dua stage fusi. Tapi ini mesti dicek lagi, agak lupa saya.

Karena alasan di atas, Tsar Bomba merupakan salah satu senjata nuklir “paling bersih”. Maksudnya? Jatuhan radioaktif yang dihasilkan relatif sedikit.
Stage fusi tidak menghasilkan jatuhan bersifat radioaktif sama sekali. Stage fusi memanfaatkan reaksi fusi antara tritium dan deterium, didapatkan dari pemanasan litium deterida pada suhu sangat tinggi. Litium yang dibombardir oleh netron hasil fisi nuklir akan menghasilkan tritium, lalu kemudian berfusi dengan deterium. Panas yang dilepaskan jauh lebih tinggi daripada panas hasil fisi, tapi tidak ada unsur radioaktif yang dihasilkan.
Senjata nuklir berbasis high-enriched uranium butuh minimal 52 kg bahan bakar untuk bisa mencapai massa kritis dan meledak sebagai senjata. Sementara, senjata nuklir berbasis plutonium butuh lebih sedikit, hanya sekitar 10 kg weapon-grade plutonium agar bisa mencapai massa kritis. Senjata nuklir dengan yield lebih besar pasti lebih banyak, tapi ada batasan seberapa besar yield ledakan maksimum yang bisa dihasilkan (itulah kenapa ada senjata termonuklir).
Efisiensi senjata nuklir itu maksimal 50%. Maka, paling maksimal sekitar 30 kg produk fisi yang bisa dihasilkan oleh ledakan senjata nuklir tersebut. Coba kita simplifikasi dulu. Jika 30 kg produk fisi itu diasumsikan tersebar merata di area Jakarta, maka tiap km2 wilayah Jakarta akan menerima 45 g produk fisi. Atau, kira-kira 4,5x10^-5 g produk fisi per m2.
Itupun mungkin sudah terdeposit duluan ke gedung-gedung dan bangunan dan sebagainya sebelum kena manusia.
Anda pikir angka jatuhan radioaktif itu cukup besar untuk membuat masalah pada manusia?
Ledakannya memang besar. Berdasarkan simulasi di Nuke Map, ledakan sebesar 1 Megaton TNT (sedikit lebih rendah dari yield maksimum senjata nuklir saat ini), kawasan yang diestimasikan mengalami 100% kematian adalah sekitar 18 km2. Butuh sekitar 37 senjata nuklir dengan yield yang sama untuk menghancurkan seluruh Jakarta.
Jumlah senjata nuklir di dunia ini maksimal sekitar 15 ribu unit (mungkin kurang, tapi anggap saja segini). Berarti, seluruh senjata nuklir itu hanya bisa digunakan untuk menghancurkan 408 kota seluas Jakarta, sekitar 270 ribu km2.
Luas?
Well, angka itu cuma sekitar 10% luas Kazakhstan atau kurang dari setengah Kalimantan.
Jadi, apa perang nuklir bisa menghancurkan dunia?
Hell no.
Lagipula, saling melontarkan senjata nuklir itu bisa dikatakan tidak mungkin. Karena doktrin perang nuklir adalah, “Siapa menyerang duluan, dia yang menang”. Karena yang terkena senjata nuklir terlebih dahulu moralnya akan ambruk dan chaos dimana-mana. Mereka kalah sebelum sempat melakukan serangan balik. Jangan remehkan kekuatan psikologis dari senjata pemusnah massal.
Oke, bagi kalian yang berpikiran sedikit “optimis” sehingga berpikir negara yang diserang bisa menyerang balik, maka hal yang paling mungkin terjadi adalah mutually assured defeat. Keduanya sama-sama kalah, karena chaos terjadi di kedua pihak. Tidak ada dari mereka yang menang, dan pihak-pihak yang tidak terlibat justru mungkin mengambil kesempatan dari kekacauan tersebut.
Jadi, lupakan saja berperang pakai senjata nuklir. Tidak ada pemenangnya. Pakai saja senjata konvensional, lebih seru.

0 comments:

Post a Comment