Oleh: R. Andika Putra Dwijayanto, S.T. (nuclear engineer, tidak suka disebut milenial)
Kritis itu
bagus. Apalagi kalau mereka itu anak muda, “milenial”, dan istilah lain sejenisnya.
Selama kritisnya bukan karena menjadi pion kaum kapitalis maupun sosialis.
Misalnya Greta Thunberg, yang menjadi pion LSM lingkungan sosialis
Neo-Malthusian.
Kritiknya
terhadap ketiadaan tindakan nyata terhadap perubahan iklim mungkin terdengar
keren. Anak 16 tahun sudah berani lantang bersuara menuntut agar masalah
perubahan iklim ditindaklanjuti secara serius. Tapi, apakah semua itu hasil
dari pemikirannya sendiri?
Tidak, karena
nyatanya Thunberg juga terang-terangan menolak nuklir. Dia mengatakan nuklir
itu "sangat berbahaya" dan hanya mengambil peran kecil dalam usaha
mitigasi perubahan iklim. Dia juga mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan untuk
melibatkan nuklir dalam usaha mitigasi perubahan iklim sebagai "climate
delayer". Cuma membuat orang-orang sibuk berdiskusi dan lambat bertindak.
Menurutnya, yang penting itu adalah, kalau diterjemahkan dalam bahasa negara
ber-flower yang terletak di garis khatulistiwa, "kerja, kerja,
kerja!"
Persis begitu.
Kerja tanpa berpikir. Jadi terasa familiar...
Pemikiran ini
bukan pemikiran orisinil anak kecil 16 tahun. Ini hasil pemikiran daur ulang
dari LSM-LSM lingkungan Neo-Malthusian yang sejak dahulu anti terhadap
peradaban yang dibangun oleh paradigma kapitalistik. Mereka menganggap energi
fosil dan energi nuklir adalah pondasi yang dibangun kaum kapitalis, sehingga
auto dianggap membahayakan manusia dan harus diruntuhkan.
Solusi ala
mereka? "Energi terbarukan".
Ya,
"agama" bernama "energi terbarukan", dengan Messiah
berwujud panel surya dan turbin angin, yang dikhayalkan akan menyelamatkan bumi
ini dari kehancuran akibat energi fosil dan bencana radioaktif mengerikan
akibat energi nuklir. Seolah-olah dengan mengganti seluruh instalasi energi
fosil dan nuklir dengan “energi terbarukan”, umat manusia akan selamat
seakan-akan dosa seluruh manusia telah diampuni.
Pengikut “agama
energi terbarukan” ini tidak sadar bahwa seruan mereka tidak kalah
destruktifnya dengan kaum kapitalis
yang mereka lawan. “Energi terbarukan” tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menunjang
level kehidupan saat ini. Hukum Fisika mementahkan klaim bahwa 100% “energi
terbarukan” itu mungkin dilakukan, sementara ilmu rekayasa mengatakan bahwa
100% “energi terbarukan” adalah sama sekali tidak layak diwujudkan.
Apa yang terjadi jika 100% “energi terbarukan” dipaksakan? Mudah
ditebak, peradaban akan kolaps. Chaos akan
terjadi dimana-mana dan populasi manusia akan menurun drastis dengan cepat. Masalah?
Tidak bagi kaum Neo-Malthusian, karena itulah
yang justru mereka harapkan.
Bukankah ini sama saja dengan genosida tidak langsung? Apa bedanya
dengan dampak chaos yang akan
ditimbulkan perubahan iklim sebagai akibat dari ideologi kapitalis?
Kaum sosialis Neo-Malthusian dalam bungkus LSM lingkungan tidak pernah
benar-benar serius menyikapi perubahan iklim. Mereka hanya bertindak untuk
kepentingan golongan mereka saja. Untuk itu, mereka mencuci otak banyak orang,
termasuk Greta Thunberg.
Kembali lagi, pemikiran Thunberg hanyalah daur ulang dari pemikiran
LSM-LSM sejenis Greenpeace, Friends of The Earth, Sierra Club, 350.org dan
sejenisnya. Hanya saja, tren “milenial” (atau apapun sejenisnya yang melibatkan
anak-anak muda dan nanggung) membuat suara Thunberg terkesan lebih menggaung. Padahal
sebenarnya dia tidak menawarkan sesuatu yang baru; dia hanya menjadi megafon
sumbang bagi LSM-LSM lingkungan yang menjadi dalangnya.
Thunberg, juga Alexandria Ocasio-Cortez, mereka memang muda. “Milenial”,
katanya. Berani bersuara pula. Ocasio-Cortez malah sudah berkecimpung di dunia
politik. Pintar? Tidak juga. Sikap keduanya yang mengabaikan bahkan memusuhi
nuklir adalah bukti bahwa “milenial” dan kritis tidak meniscayakan mereka
pintar. Mengingat, nuklir adalah satu-satunya solusi energi yang bisa mengatasi
masalah perubahan iklim tetapi tidak mesti dengan mengorbankan level peradaban
dan teknologi saat ini. Bahkan nuklir-lah yang membuat Swedia, negara asal
Thunberg, mendapatkan pasokan listrik rendah emisi CO2, salah satu
yang terendah di dunia.
Anak-anak muda bersuara itu bagus, dan perlu. Tapi harus dipastikan juga
mereka itu pintar, tidak asbun. Kalau sebatas bisa bunyi, tidak ada bedanya
dengan generasi tua yang sering dianggap “tidak berguna”. Apalagi kalau mereka cuma
pion kaum sosialis dan kapitalis, lebih ironis lagi.
(all pictures courtesy to Refutations to Anti-Nuclear Memes)
Oiya ngomongin milenial, ternyata ada loh beberapa masalah keuangan yang kerap menghantui generasi tersebut. Apa aja itu? Cek selengkapnya di sini ya: Hati-hati, masalah keuangan ini hantui generasi milenial
ReplyDeleteTop 4 Best Casinos in NJ: NJ, PA, VA and VA
ReplyDeleteTop 하남 출장안마 4 Best Casinos 파주 출장샵 in NJ: NJ, PA, VA and VA · 888 제주도 출장샵 Casino Atlantic City · Borgata Hotel Casino & Spa · Caesars 당진 출장마사지 Casino & Spa · Beau Rivage 양주 출장마사지 Resort & Casino